Sabtu, 07 Mei 2011

Ibuku Idolaku

Membuka2 file2 yg sudah lama tersimpan. jadi teringatkan bahwa beberapa tahun lalu. ana pernah menulis setitik kasih sayang yang sebenarnya masih ada seluas lautan untuk IbuQu tercinta. meski ana belum bisa sesholehah yang ibu harapkan tapi... jauh dilubuk hati ini... Meski kadang sulit untuk Dinda Ungkapkan secara langsung. Sesungguhnya Betapa Dinda sangat menyayang Ibu dan ingin membahagiakan Ibu... Tanpa Ibu dan Bapak Dinda tak akan sampai pada usia 20 tahun ini.  Love U coz Allah... ^_^
Semoga dapat memberikan sedikit manfaat bagi yang membaca.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh…
Ba’da Tahmid dan shalawat, Adinda mulai menggoreskan tinta dikertas putih ini dengan tak lupa Adinda panjatkan  beribu–ribu puji syukur Kepada-Mu Ya Allah yang telah banyak memberikan nikmatnya kepada Hamba. Nikmat yang tak akan pernah terbalaskan oleh seluruh rasa syukur dan amalan ibadah hamba seumur hidup ini, nikmat iman & islam, nikmat hidup yang telah Allah karuniakan kepada hamba hingga detik ini untuk hamba bernafas dan melihat keajaiban – keajaiban arsitertur alam semesta-Mu ini yang begitu indah dan tak ada tandingannya ini. Dan satu hal nikmat yang begitu besarnya hingga hamba tak sanggup untuk mendustakannya yaitu nikmat kelahiran hamba yang merupakan karunia terbesar untuk hamba karena dapat berada ditengah-tengah keluarga yang begitu banyak memberikan kebahagiaan kepada hamba, penuh dengan curahan kasih sayangnya, sehingga hamba merasa mendapatkan kebahagiaan syurga dunia ini.
Meskipun hamba tau sebesar apapun kebahagiaan didunia ini tak ada artinya bila dibandingkan dengan kebahagiaan diakhirat nanti, bahkan kebahagiaan dunia itu hanya bagaikan setetes air saja dari kebahagiaan akhirat nanti. Tetapi meskipun begitu Ya Allahu Robbi hal itu tak mengurangi rasa syukur hamba atas limpahan nikmat-Mu selama ini pada hamba. Dan semoga hamba dapat termasuk hamba yang pandai untuk bersyukur. Tak lupa sujud simpuh hamba berurai air mata, kepada-Mu Ya … Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada uswah kita, Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya , serta para sahabatnya dan siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sebagaimana tetesan hujan dan embun. Amien.
            Kemudian terima kasih kepada para Panitia Pronas Kewanitaan DPD PK Sejahtera yang telah menyelenggarakan Lomba Menulis semi curhat ini “Ibuku Idolaku” untuk tingkat SMA. Sehingga saya mempunyai kesempatan yang pertama kalinya untuk mencoba mengetahui sejauh mana kemampuan saya dalam bidang kepenulisan ini. Tak lupa saya ucapkan jazakumullahu khairan katsira kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan kepenulisan ini, Murobiah saya dan sumber inspirasi saya Ibuku tercinta.

Cinta ...
            Bagaikan ikan yang tak belajar berenang
            Bagaikan burung yang tak belajar terbang
            Cinta …
            Datang secara alami
            Cinta …
            Datang dari naluri                                   
(AR –Royan ) 
 
          Ibu … Adinda ucapkan beribu–ribu terimakasih karena engkau telah banyak mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya pada Adinda.
            Ibu … Engkau tak pernah belajar secara khusus bagaimana cara mencintai Adinda, Meskipun Adinda tau Engkau baru pertama kalinya menjadi seorang Ibu. Tetapi Adinda banyak mendapatkan cinta darimu dan tak kurang sedikitpun.
            Ibu … Cintamu datang secara alami dari naluri keibuanmu yang begitu hangat untuk mencintai Adinda dengan sepenuh hati.

17 tahun yang lalu tepatnya tengah malam pukul 00.00 WIB, Sukabumi 24 Nopember 1990 terlihat seorang calon Ibu yang sedang meragang nyawa antara hidup dan mati, kesakitan, diliputi rasa cemas, dan keletihan yang sangat terpancar jelas diwajahnya. Lalu tidak jauh dari tempat itu terlihat sang calon Ayah yang tak kalah cemas dan letih dengan setianya menemani sang calon Ibu tepat disampingnya sambil melantunkan Ayat suci Al- Qur’an dan berusaha menguatkan perasaan sang calon Ibu tersebut.
            Setengah jam kemudian, Alhamdulillah … teriak sang calon ayah dan Bidan bahagia ketika mendengar jerit tangis pertama sang bayi perempuan yang telah memecah kesunyian malam itu. Dengan tak henti – hentinya sang Ayah mengucap syukur kehadirat Allah SWT karena beliau sadar bahwa mulai malam itu beliau telah benar–benar menjadi seorang Ayah dan itu berarti beliau baru saja mendapatkan titipan berupa tanggung jawab dari Allah SWT yang begitu besar dan luar biasa meskipun kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Tak lupa sang Ayah mengumandangkan adzan pada telinga sang bayi sesuai dengan syariat Rasulullah SAW, sementara itu sang ibu masih tertidur lemah setengah sadar. Subhanallah begitu besarnya perjuangan sang Ibu tersebut.
            Maha besar Allah yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik–baiknya dan tak ada seorang makhluk pun yang mampu menandingi penciptaan Allah ini, meskipun sepintar apapun makhluk tersebut membuat sesuatu hal yang menyerupai manusia. Senyum jelas terpancar diwajah kedua orang tua baru tersebut dan tak lupa do’a–do’a diucapkan untuk kebaikan sang bayi agar kelak menjadi anak yang sholehah, berbakti kepada kedua orang tua, dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Kelahiran sang bayi yang disambut dengan penuh senyum kebahagiaan dari keluarga besar pasangan suami istri tersebut ternyata merupakan sebuah tanda dimulainya suatu babak baru dalam kehidupan mereka untuk dapat memerankan tokoh sebagai seorang Ayah dan Ibu yang baik. Oh… Ibu pengorbananmu ternyata masih belum selesai setelah susah payah mengandungku 9 bulan dengan rasa berat dan menghalangi aktifitas-aktifitasmu, mau tidur susah, mau makan jadi tidak enak (mual), bernafas terasa lebih sesak, jalan–jalan bagai badut yang membawa dramband. Tetapi, meskipun begitu kau tak pernah malu dan menyesali keberadaan Adinda yang sunggguh merepotkan ini.  Adinda yakin semua ini  karena naluri cinta keibuanmu pada Adinda yang mampu mengalahkan semua keluh kesahmu.
Ibu … diwaktu kecil Adinda sering rewel, membuat cucianmu bertambah banyak, sering mengganggu setiap waktu–waktumu, saat engkau asyik makan Adinda rewel karena popokku basah, kau tunda makan mu untuk segera menggantinya, saat kau tidur Adinda sering mengganggu mimpi–mimpimu dengan tangisku yang sulit untuk dihentikan, tapi kau pun segera bangun untuk menina bobokanku kembali.
Ibu … Saat Adinda bisa tengkurap yang pertama kalinya kau begitu bahagia, saat Adinda bisa merangkak yang pertama kalinya kau lebih bahagia lagi, saat Adinda bisa duduk yang pertama kalinya kau sangat–sangat bahagia, saat Adinda mulai belajar bicara kau sering mengajakku bicara meskipun bahasaku sulit untuk kau pahami, tapi kau terus memotivasi Adinda untuk terus berbicara, saat Adinda belajar berjalan, kau memapah Adinda dengan hati – hati, penuh cinta dan kesabaran dihatimu.
Saat kau fikir Adinda sudah saatnya belajar dan mulai mengenal islam, kau mengajari Adinda mengaji (Alief, Ba, Ta, Tsa …) dan menyekolahkan Adinda di TPA, saat Adinda mulai bosan dan malas untuk Sekolah kau selalu membujuk Adinda dengan beribu – ribu rayuanmu, saat Adinda enggan untuk mengerjakan PR kau selalu bilang bahwa Adinda anak pintar dan pasti bisa, saat pagi kau selalu membangunkan Adinda dengan lembutnya untuk Sekolah, memandikan Adinda, menyiapkan sarapan untuk Adinda, dan bila Adinda susah makan kau selalu berusaha memvariasika resep–resep makanan baru agar Adinda tetap makan, saat musim hujan  datang kau selalu menjemput Adinda pulang sekolah sambil menggendong Adinda karena takut Adinda kehujan dan jatuh, saat Adinda sakit kau bukan main kebingungan mencari obat kemana–mana untuk Adinda dan bahkan menuruti semua kemauan Adinda, meskipun sesulit dan seaneh apapun keinginan Adinda itu.
Saat Adinda berhasil menjadi juara kelas kau dengan bangganya dan saking senangnya bercerita kepada semua orang, dan setiap Adinda dapat juara kelas kau selalu mengabulkan semua barang–barang yang merupakan impian Adinda selama ini sebagai tanda syukur dan hadiah untuk Adinda, ada jam tangan, sepeda, piano, dll yang dulu pernah jadi hadiah terindah bagi Adinda.
Waktu berjalan kian cepatnya dan Adinda pun tanpa terasa telah beranjak dewasa, meskipun Adinda tau tidak sesingkat itu waktumu untuk mengurusi Adinda. Adinda yang dulu manja padamu, Adinda yang kau suapi karena susah makan, Adinda yang selalu rewel dan merepotkanmu. Kini telah beranjak dewasa, waktu–waktu yang banyak bersamamu Ibu, kini telah lebih banyak umtuk disekolah dan bersama teman-teman ROHIS Adinda, Adinda yang dulu hanya diam dirumah bersamamu, sekarang lebih sering berada dilingkungan Eskul- Eskul yang jauh darimu, bila difikir–fikir kini hampir seminggu penuh kegiatan Adinda lebih banyak dilingkungan luar dari pada berada ditengah–tengahmu Ibu. Tetapi Ibu … kau tak pernah mengeluhkannya, meskipun waktu Adinda lebih banyak diluar dari pada membantumu? Karena kau tak ingin mengganggu dunia baru Adinda, masa remaja Adinda dan yang terpenting karena kau percaya Adinda tak akan mengecewakanmu, dan sampai mencoreng nama baik keluarga. Ibu… kau tak pernah mengusik dunia Adinda, karena Adinda tau kau tak ingin masa–masa dimana Adinda mulai lebih semangat untuk lebih mengenal islam dan berkreativitas memaknai arti kehidupan yang sesungguhnya menjadi terasa terbatasi.
Ibu … kau merupakan sahabat terbaik Adinda, yang dengan setia mendengarkan segala curhatan–curhatan Adinda baik tentang Organisasi Adinda, pertemanan Adinda, dan bahkan untuk masalah paling sensitive sekalipun, seperti Adinda mulai pertama kalinya mempunyai rasa simpatik kepada seorang ikhwan. kau dapat menjadi pendengar dan tempat curhat terbaik bagi Adinda, dan hal ini adalah moment yang terindah bagi Adinda karena kita bisa merasakan arti kebersamaan dan berbagi masalah diantara kita berdua.
Saat Adinda merasa kelelahan karena terlalu banyak hal yang harus Adinda lakukan diorganisasi dan menjadi kurang bisa mengatur waktu untuk belajar dan sampai Adinda sempat sering kesiangan hampir setiap hari dan bahkan bila 1 kali lagi Adinda kesiangan lagi, Adinda akan mendapatkan surat skor 3 hari. Tidak hanya itu nilai Adinda pun turun drastis Karena tak sempat untuk belajar dan ada beberapa guru yang begitu perhatian pada Adinda bertanya penyebabnya sambil memotivasi (Terimakasih ya bu! ) Sementara itu Ibu hanya diam dan tak memarihiku dengan berlebihan, malah sebaliknya Ibu dengan penuh perhatian juga kasih sayangnya dapat memahami dan terus memotivasi Adinda.
v     Ibu … karena kau tak pernah marah, Adinda malu.
v     Ibu … Karena kebaikanmu Adinda merasa amat menyesal karena telah sempat mengecewakanmu.
v     Ibu …  Kau hukum Adinda dengan kebaikanmu, sehingga hati Adinda pun terhukum dan tersentuh dengan sendirinya untuk berjanji tak akan mengulanginya lagi dan bertekad menjadi lebih baik


“Jika seorang ibu sudah meneteskan air mata karena ketidak sopanan anaknya, maka air mata si Ibu itu akan menenggelamkan anaknya kelembah kenistaan”

Ya Allahu Robbi … Astaghfirullahal Adzim begitu banyak dosa hambamu ini. Begitu seringnya hamba menyakiti perasaan Ibu hamba, padahal hanya mengatakan kata ( ah …! ) saja itu sudah merupakan dosa besar.
            Ibu … bila kau tak bukakan pintu maafmu untuk Adinda, maka sungguh amat celakalah Adinda. Adinda tak terhitung sering membuat butiran halus yang membasahi pipimu menetes lebih dari ribuannya, karena terlalu banyak kesalahan–kesalahan Adinda kepadamu.
Ibu … bila kau tak mempunyai lautan maaf untuk Adinda maka karena tetesan–tetesan butiran halus itu cepat atau lambat akan menenggelamkan Adinda kelembah jurang kenistaan.
Tetapi … Adinda sangat–sangat bersyukur karenamu Ibu, pintu maaf dan lautan maafmu masih terbuka untuk Adinda. Sehingga Adinda masih dapat memeluk dan merasakan kehangatanmu Ibu, karena kau masih berada untuk mendampingi perjalanan hidup Adinda.


 “Air mata bahagia seorang Ibu untuk anaknya yang sholeh dan sholehah adalah aliran sungai yang menghantarkan anak tersebut kesamudera kebahagiaan “



 ***
Puisi


 "Do'a Tulus Terentuk Ibuku"

Ya Allah …
Terimakasih kau telah anugrahkan Ibu terbaik untuk hamba
Ibu yang selalu sabar dan penuh kasih sayang pada hamba
Ibu yang selalu tulus memaafkan kesalahan – kesalahan hamba
Ibu yang bila ditatap memberikan kehangatan dalam hati hamba
Dan Ibu yang selalu memberikan kehangatan untuk kebaikan – kebaikan hamba


Ya Allah …
Hamba begitu bahagia bila bersama-Nya
Hamba begitu tenang bila bersama-Nya
Dan Hamba begitu menyayangi Beliau
Meskipun, Hamba belum bisa memberikan apapun untuk Beliau


Ya Allah …
Hamba mohon jangan kau ambil anugrah terindah ini
Jangan kau jauhkan beliau dari hamba
Jangan padamkan pelita dihati hamba ini
Dan jangan pernah kau kunci rapat hati-Nya tuk hamba gapai keridhoan-Nya


Ya Allah …
Berikanlah hamba kesempatan tuk kebahagian Beliau
Biarkanlah hamba membaktikan diri untuk Beliau
Jadikanlah hamba anak yang sholehah tuk Beliau
Hingga diakhir hayat-Nya, Beliau bisa tersenyum bangga
Dan tak merasakn menyesal karena telah melahirkan Hamba

               Buah karya:
Novi Alawiyah



Ibu … kau adalah Idola Adinda, Idola setelah Rasulullah. Maka dari itu mohon do’akan Adinda agar Adinda bisa jadi fans terbaik-Mu ya?
Ibu … kau tak kalah dengan Idola–idola yang ada di Dunia ini. Malah bagi Adinda, idola manapun tak sehebat Engkau yang sebenarnya terkenal tetapi tak ingin menjadi terkenal, meskipun begitu kau sudah sangat terkenal dan telah menjadi Idola dalam hidup Adinda dan nama-Mu telah terukir dihati Adinda.
Masih banyak cerita lebih hebat tentang Idola Adinda ini tetapi bila dituangkan dalam kertas ini, perlu banyak waktu untuk menulisnya. Meskipun begitu kenangan Adinda dengan-Mu Ibu, akan selalu ada dan tetap indah untuk dikenang dan diceritakan sampai kapanpun.
Puji syukur kepada-Mu Ya Allah atas karunia seorang Ibu yang patut menjadi Idola dan memberikan syuri tauladan bagi hamba di kehidupan dunia yang fana ini. Sejajarkanlah Beliau disyurga-Mu kelak, dengan wanita–wanita Idola yang telah teruji kesholehahannya seperti Asyiah, Khodijah, dan yang lainnya. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Terutuk Ibu Adinda : Ibu Ida Farida
Selamat Hari Ibu
Semoga hari ibu kali ini spesial, Karena Adinda dapat memberikan secercah kebahagian bagimu.



Sukabumi, 16 Desember 2007
Adinda
Novi Alawiyah


"KenangaIbuku Idolakun lomba menulis Juara 3 Tingakat SMA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar